Recent Posts
0 komentar

mahkota cinta page 2-3


Zul terdiam sesaat. Ia memang tidak kenal siapasiapa
di Kuala Lumpur ini. Nama yang ada dalam
sobekan kertasnya pun sebenarnya tidak kenal. Nama
itu adalah nama kenalan Pak Hasan. Katanya ia adik
kelas Pak Hasan sewaktu kuliah di Jogja yang sekarang
bekerja di Kuala Lumpur. Dan jujur ia memang perlu
istirahat. Perjalanan dari Batam sampai Kuala Lumpur
cukup membuatnya lelah. Apalagi dua hari sebelum
berangkat ia kerja lembur di sebuah bengkel.
"Bagaimana Dik? Kalau kau mau ayo kita berangkat.

Mumpung belum terlalu malam. Atau kau mau tidur di
bangku itu, ya tidak apa-apa. Tapi jangan kaget kalau
nanti ada operasi polisi dan kau dianggap gelandangan.
O ya bisa juga kau menginap di hotel Purduraya ini.
Tinggal kau jalan ke atas. Tapi ongkosnya ya lumayan."
Mari menjelaskan beberapa pilihan untuk Zul.
Zul masih belum mantap menentukan salah satu
pilihan. Hati kecilnya ingin menginap di hotel. Tapi uang
yang ia miliki benar-benar pas-pasan. Ia sebisa mungkin
harus menghemat.
"Sudahlah Dik ayo ikut saya saja. Besok kau bisa
pergi ke mana kau suka. Ayo!" Kata Mari dengan tegas
seraya bergegas ke luar terminal. Ketegasan kata-kata
Mari membuat Zul seolah menemukan pilihan terbaik.
Ia pun mengikuti langkah Mari. Mereka keluar
menyeberangi jalan raya. Mari berjalan dengan cepat
meskipun ia harus menyeret tas kopornya. Zul berusaha
mengimbangi di sampingnya.
"Kita mampir di supermarket sebentar. Lalu kita ke
Terminal Pasar Seni cari bus Rapid KL yang ke Subang."
"Iya Mbak. O iya Mbak ini hand phone-nya nanti
lupa."
"Ayo cepat.dikit."
Mereka berjalan menyusuri trotoar. Mari masuk
sebuah supermarket dan belanja makanan, sikat gigi,
odol, dan sabun mandi cair. Zul menunggu di depan
supermarket. Tak lama kemudian mereka kembali
berjalan. Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai
di Pasar Seni. Mari langsung naik Rapid KL jurusan
Subang. Zul ikut di belakangnya. Setelah membayar
karcis mereka duduk. Bus berjalan perlahan.
"Jangan kaget, nanti kau akan tinggal di tengahtengah
tenaga kerja wanita. Artinya penghuni rumah itu
semuanya wanita. Saya salah satu di antaranya. Rumah
saya dihuni enam orang. Ada tiga kamar. Satu kamar
berdua. Kebetulan ada dua orang yang sedang pulang
ke Indonesia. Jadi saat ini dihuni empat orang. Kau nanti
bisa tidur di kamar saya saja. Kebetulan di kamar saya
ada kamar mandinya. Jadi kau tidak akan mengganggu

teman-teman saya yang lain."
Mari menjelaskan kondisi rumahnya. Zul mendengarkan
dengan seksama. la merasa sudah terlalu
banyak berhutang budi pada perempuan muda yang
baru dikenalnya itu.
"Mbak baik sekali. Entah bagaimana saya harus
membalas budi Mbak. Saya malu pada Mbak."
"Jangan berpikir begitu. Kita ini sebagai manusia
sudah semestinya saling tolong menolong. Iya tho.
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Iya tho Dik. Apalagi
kita sama-sama orang Jawa, dan sama-sama orang Indonesia
dan sama-sama orang Islam. Sudah jadi kewajibanku
membantu adik. Ya anggap saja aku ini kakakmu."
"Iya Mbak. Terima kasih Mbak."
Rapid KL membelah kota Kuala Lumpur. Karena
kelelahan Zul tertidur. Cukup pulas. Mari mengamati
dengan seksama, anak muda yang duduk di sampingnya
itu. Wajah polos khas Jawa. Wajah yang tampak begitu
muda. Ada guratan derita di sana. Namun ada juga gurat
keberanian dan kenekatan. Mari memperkirakan umur
pemuda ini lima tahun lebih muda darinya. la telah
masuk dua puluh tujuh. la perkirakan Zul tak lebih dari
dua puluh dua.


Entri Populer


Shvoong
Situs ringkasan dunia

Advertisement

Copyright © 2011 Design by Adit'Faizah