mahkota cinta page 1-2
"Jadi Mbak kerja di kilang minyak ya Mbak?"
Perempuan muda itu malah tertawa kecil.
"Kamu memang masih asli Indonesia. Kilang itu
artinya pabrik. Di Indonesia disebut pabrik. Sedangkan
di Malaysia disebut kilang. Jadi bukan bermakna kilang minyak.
Saya kerja di kilang kertas di kawasan Subang
Jaya. Itu maknanya saya kerja di pabrik kertas."
"Obegituya."
"Rencananya nanti mau ke mana? Di Malaysia sudah
ada tempat yang dituju?"
"Tempat yang dituju secara pasti tidak ada. Saya
hanya membawa sebuah nama dan sebuah nomor telpon.
Saya ingin sampai ke Kuala Lumpur dulu, baru setelah
itu saya akan telpon orang itu."
"Ya syukurlah. Saya pun nanti lewat Kuala Lumpur.
Kalau mau kita bisa jalan bersama."
la diam saja. Tidak menjawab apa-apa.
Lintas Samudera terus melaju. Tidak terlalu cepat.
Dan juga tidak terlalu lambat.
Setelah menempuh perjalanan selama dua jam,
Lintas Samudera merapat di pelabuhan Johor Bahru.
Begitu pintu feri dibuka, para penumpang berebutan
keluar. Zul keluar dengan membawa tas cangklong hi tarn
dan tas jinjing besar biru tua. la mengiringi Mari yang
berjalan di depannya. Perempuan itu menenteng tas
cangklong putih dan koper kecil beroda warna hijau.
Mereka berjalan menuju gedung pelabuhan.
Petugas security pelabuhan sibuk memeriksa barang
bawaan para penumpang. Tas dan koper Mari
diperiksa. Setelah beberapa saat lamanya, Mari
dipersilakan langsung menuju imigrasi. Tas jinjing Zul
juga diperiksa. Isinya hanyalah pakaian, beberapa
makanan ringan, dan sebuah mushaf Al-Quran kecil
pemberian Pak Hasan kala ia berpamitan, sebelum
berangkat. Petugas security itu memerintahkannya
untuk terus jalan. Zul bergegas menuju imigrasi. Mari
sedang serius mengisi formulir kedatangan untuk
imigrasi.
"Harus diisi semua ya Mbak?" tanya Zul.
"Ya. Kecuali kolom yang khusus diisi petugas
imigrasi," jawab Mari sambil tetap menulis. Sesekali ia
mencocokkan apa yang ia tulis dengan paspornya.
"Ini kolom alamat selama di Malaysia juga harus diisi
Mbak."
"Sebaiknya iya."
"Wah saya belum punya alamat Mbak."
"Pakai alamat saya juga tidak apa-apa."
"Di mana Mbak?"
"No. 8A, Jalan USJ 1/18, Taman Subang Permai,
Subang Jaya. Nanti kalau pihak imigrasi tanya untuk
apa datang ke Malaysia, bilang saja untuk melancong
dan mengunjungi saudara."
"Iya Mbak."
Keduanya lalu masuk konter imigrasi. Tak ada
masalah berarti. Petugas imigrasi sama sekali tidak
bertanya apapun kepada Mari. Sebab ia masih punya
visa multientry. Sedangkan Zul hanya ditanya untuk apa
datang ke Malaysia. Zul menjawab seperti yang
disarankan oleh Mari. Begitu keluar dari gedung, puluhan
sopir taksi menawarkan jasanya. Mari menjawab tegas
bahwa ia sudah ada yang menjemput. Zul agak bingung
menentukan langkah. Beberapa sopir taksi menghampirinya.
Ia masih ragu harus ke mana. Ia menatap ke
arah Mari yang melangkah dengan mantap. Mari
menoleh ke arahnya dan melambaikan tangan agar ikut
dengannya. Zul merasa tidak ada salahnya pergi ke
Kuala Lumpur bersama Mari. Apalagi ia benar-benar
asing di negeri Jiran ini.