DUNIA KAMI
Sekarang aku berada dirumah wanita putih, rumahnya juga berwarna putih. Aku membawa
serta bilikku, Do, Nar dan Bee, dan yang paling penting adalah gedungku.
Aku tadinya tidak mau pergi, karena kalau aku pergi gedungku akan hancur. Aku menangis,
menjerit, tapi wanita putih itu memberiku banyak coklat dan permen. Katanya dirumahnya
masih banyak lagi, tak apalah, toh gedungku sudah sering hancur. Bee senang sekali kalau
melihat gedungku hancur.
Ada beberapa anak seumurku disitu. Mereka juga punya bilik masing-masing. Mereka juga
membawa gedung mereka sendiri.
Pertama-tama aku masih sering melihat si wanita paus, tapi belakangan ini aku jarang
melihatnya. Dia dan laki-laki itu hanya datang sekali waktu. Aku tidak ambil pusing, wanita
putih ini lebih baik dari mereka. Wanita putih ini sering memberiku permen dan coklat. Aku
juga lebih mengerti ucapannya, karena dia tidak bicara dengan bahasa paus.
Dia sering datang dan menunjukkan gambar-gambar binatang.
“Paus …” aku menunjuk kelembar buku itu, ketika halamannya menunjukkan seekor paus.
Wanita putih itu senang sekali. Dia memujiku dan memberiku hadiah lagi.
Aku ingat dulu sekali si wanita paus pernah mengatakannya padaku, ketika ada banyak paus
dikotak cahaya. Dia berkata kalau manusia tidak mengerti bahasa paus.
Gedungku hampir selesai, Bee sudah jarang mengganguku. Dia kelihatan sebal tidak bisa
mengolokku. Tapi entah mengapa rasanya akhir-akhir ini aku sudah tidak begitu berminat
menyelesaikan gedung ini.
oO0 ~ 0Oo
memberitahuku.
“Hei .. wanita dan laki-laki paus datang!”
Nar dan Bee sedang tidur siang, jadi mereka tidak melihat. Wanita dan laki-laki itu datang
membawa banyak hadiah, mereka juga tidak bicara dengan bahasa paus.
Aku sedang membangun gedungku, jadi tidak begitu mempedulikan mereka.
“Audrey .. mau buah ?”
Aku tidak begitu mempedulikannya, karena gedungku hampir selesai. Tapi Do bertingkah
lagi.
“Hei .. aku mau apel! Beri aku apel!”
Ah, mengangguku saja. Terpaksa aku meninggalkan gedungku sebentar, dan mengambil
buah untuk Do.
“Apel ..” kataku, wanita itu tersenyum lalu memberiku sebutir apel.
Tak lama wanita putih datang, mereka berbincang sebentar. Aku dan Do makan apel dengan
lahap, Nar dan Bee masih tertidur jadi mereka tidak kubagi.
“Audrey .. lihat, gambar .. gambar ..” si wanita putih menunjukkan selembar kertas putih
dan beberapa benda warna-warni. Aku tidak mengerti maksudnya.
“Kurasa dia ingin kita melakukan sesuatu” Do berkata tidak yakin.
Wanita putih itu mulai mencorat-coret di kertas, aku sedikit tertarik.
“Audrey .. gambar, disini ….ayo” lalu wanita itu memberiku benda warna-warni itu.
“Apa yang kau lakukan?” Do bertanya. Tidak tahu jawabku, sepertinya seru. Aku mulai
menggores, ah rupanya begitu cara kerjanya. Kau menggores sesuatu, maka kertas putih itu
akan menjadi berwarna-warni.
“Paus …” Lihat! Lihat! Aku menunjuk kekertas itu, aku membuat paus.
Si wanita paus dan laki-laki itu senang sekali, si wanita menangis tersedu-sedu. aku heran
mengapa mereka begitu emosional. Ah tapi aku tidak peduli, aku kembali ke bilikku dan
segera melupakan gedungku. Aku telah menemukan mainan baru.
bersambung ....