DUNIA KAMI
Gedungku semakin tinggi, tinggal beberapa balok lagi untuk mencapai titik tertinggi.“Hei lihat laki-laki itu datang lagi … Oh! kali ini dia membawa seorang wanita” Do
melongokkan kepalanya keluar dari bilik, ekornya bergoyang-goyang lucu.
“Ayo lihat sini! Lihat!”
Sebentar Do, gedungku hampir selesai. Jangan ganggu aku dulu.
“Benarkan kataku, akan ada seorang wanita lagi yang akan datang menganggumu!” Nar ikut
melongok, membuatku jadi ingin tahu juga. Akhirnya aku tergoda untuk melongok keluar
bilik. Dipintu ada dua orang. Aku sering melihat laki-laki itu, dia pulang dan pergi dari waktukewaktu.
Tapi wanita berbaju panjang putih itu baru pertama kali kulihat, kurasa Nar benar.
Si wanita pauslah yang mengundang wanita itu datang kemari.
“Kau tidak akan menyelesaikan gedungmu lagi .. ha ..ha..ha” Bee terbahak-bahak.
Diam Bee! Jangan mengolokku lagi. Hiks .. hiks … Aku benci Bee! Aku benci wanita berbaju
putih itu!
Aku berusaha tidak ambil pusing, dan kembali membangun gedungku. Tapi tidak beberapa
lama, bilikku hilang. Aku juga tidak bisa menemukan Do, Nar dan Bee. Walaupun aku benci
Bee, tapi aku sayang padanya. Lalu ada cahaya terang dimataku, aku bisa melihat wajah si
wanita putih dari dekat, dia mengacungkan sebuah benda bercahaya kemataku.
Mereka bertiga bicara menggunakan bahasa paus. Aku ingin kembali ke bilikku, aku berlari.
Tapi si wanita putih menahan lenganku. Aku meronta, aku ingin bertemu Do, Nar dan Bee.
Aku masih harus membangun gedungku.
Tiba-tiba muncul beberapa butir permen. Wanita putih itu menyodorkan permen. Dia
tersenyum, aku tahu itu. Apakah ini untukku? Dia mengangguk.
Aku lupa pada sesuatu yang kupikir penting, permen itulah penyebabnya. Wanita itu
membuka sebutir permen lalu memakannya. Dia memberi satu ke sang laki-laki dan satu lagi
untuk wanita paus. Mereka lantas memakannya dengan riang gembira.
Aku harus ingat sesuatu itu, apa ya?
Wanita putih itu membuka sebungkus permen lalu menyodorkannya didepan mulutku, aku
mencoba memakannya. Rasanya biasa saja, tapi mengapa mereka kelihatan riang gembira
ketika memakannya?
Ah, aku ingat! Mengapa aku melupakan sesuatu yang begitu penting, Do, Nar dan Bee!
Aku menangis .. aku ingin bertemu bereka.
“Do ….”
Aku melihat mereka terkejut, lalu memandang satu sama lain. Si wanita paus, menangis
hebat tapi kelihatannya dia senang. Mereka berbicara satu sama lain sebentar.
“Ini … Do … lihat .. itu Nar … itu Bee!” si wanita putih bicara meraih dan menyodorkan
sebuah boneka kecil. Sebuah boneka bebek. Bukan, itu bukan Do!
Dia melepaskanku. Aku berlari, mencari-cari bilikku.
“Sini! Kesini!” Ah, itu Nar .. dia melambai-lambai dari dalam bilikku. Aku telah menemukan
bilikku kembali.
Kalian kemana saja!
“Maaf, kami takut pada wanita putih itu .. kami terpaksa sembunyi” Do dan Bee juga ada
didalam bilik itu. Aku tertawa riang lalu kembali membangun gedungku yang belum selesai.
bersambung .....